Bandung sejak siang hingga malam ini tidak berhenti mengucurkan air dari langit. Trotoar becek terpantau dari sepanjang Jalan Dago. Bandung saat hujan terlihat romantis tapi tidak untuk kombinasi jalan becek dan sepatu tidak nyaman yang saya kenakan.
Hari ini saya bertandang ke Bandung dengan tujuan menghadiri undangan seorang kawan. Kombinasi batik dengan sepatu pantofel kulit terlihat menjanjikan penampilan yang baik. Ternyata sepatu pantofel adalah pilihan yang kurang tepat.
Pilihan yang sesali kemudian.
Pagi tadi ketika turun dari kereta di Stasiun Kiaracondong, saya iseng melakukan ritual jalan kaki yang kerapkali saya lakukan ketika mengunjungi Bandung. Di sini petaka bermula.
Saya terlalu bersemangat berjalan kaki sampai tidak sadar sudah melewati Pasar Kiaracondong – Flyover Antapani – Pasar Cicadas – Perempatan Cikutra. Jika diukur via Google Maps, saya menempuh 3,4 km.
Sungguh sebuah keisengan hqq.
Dari Cikutra lantas saya melanjutkan ke lokasi acara dengan menumpang ojek online. Selepas acara, saya berencana kuriling (berkeliling-red) di sekitar Masjid Salman ITB. Lagi-lagi, saya menumpang ojek online untuk menuju masjid yang ada di Jalan Ganeca tsb.
Turun ojek menuju pelataran masjid, saya merasakan ada yang tidak beres dengan kaki. Benar saja, efek jalan kaki tadi pagi berbuah kaki yang kapalan dan lecet di sana-sini.
Saya, warga negara yang tadi pagi jalan kaki, mengaku kapok berjalan kaki dengan sepatu pantofel kulit. Pilihan yang lalai saya antisipasi. Singkatnya, saya salah pakai sepatu.
Tapi, cerita salah pakai sepatu atau salah kostum bukan hal yang langka. Paling parah adalah saya pernah salah kostum ketika perdana mendaki gunung. Saya mungkin terlalu pongah tidak pakai jaket khusus mendaki. Alhasil saya kedinginan luar biasa. Kapok? Tentu tidak, saya segera mengkoreksi kelalaian itu sehingga pendakian berikutnya lancar.
**
Seorang senior pernah berkata kurang lebih begini, “seseorang berhak menghabiskan jatah kesalahannya di masa muda”. Lebih ekstrem lagi senior yang lain punya pepatah yang kurang lebih sama, “seseorang ‘berhak’ menggunakan jatah kebodohannya di suatu waktu”.
Saya merasa hari ini jatah kebodohan saya sedang terpakai akibat pilihan sepatu yang salah. Pun sebenarnya masih banyak lagiโyang jika diceritakan malah bikin malu.
Kita melakukan kesalahan dan kita bersyukur Tuhan masih memberi kesempatan untuk mengkoreksi.
Tapi, eh, semoga, kamu pun bukan pilihan yang salah jika itu bagian dari kuasa-Nya. Semoga.
wow kereen.. jalan dari kircon ke cadas ๐
kebayang panasnya, eh dzuhur mule hujan ding ya
iseng banget ya ๐
mana panasnya ga nyantai
banged ๐
masih mending kalo jalan di kota, ini mah kircon-cadas, haruse lanjut aja sampe ganesa..
antik, nya.wkwk
tadinya mau lanjut nanjak ke bojong koneng tapi udah gempor
ahaha.. kereenlah.
lama2 jigana nyampe dan jekarga-bdg jalan
Jalan kaki 3 km lebih pakai sepatu pantofel, mantap! Terapi kaki ๐
ampun, mba
lecetnya paripurna ini ๐
Kalau saya, tiap akan pakai sepatu pantofel bakal sedia hansaplast juga haha. Dan bicara tentang naik gunung dan salah sepatu, di pendakian perdana ke Merbabu, saya pakai sepatu Converse yang sukses hancur lebur tak bersisa :’)
niat sekali mbak bawa hansaplast.hehe
kasian Converse-nya, mba ๐
Ping balik: Berjalan Menanjak | ardiologi
Dari perempatan cikutra gak sekalian aja lanjutin ke daerah atas? Cigadung, dago, lembang, wkwkwk
tadinya pen lanjut ke tebing keraton.wqwq